Tuesday, July 26, 2016

BNI Global Development Program 2016: Essay Visi Misi (1.000 kata)

A Journey to be Young on Top

Sebelum mengutarakan visi dan misi pribadi untuk 5-10 tahun mendatang, saya perlu menceritakan terlebih dahulu sekelumit perjalanan hidup saya hingga akhirnya saya berada pada titik ini. Kembali ke tahun 2004. Pada waktu itu, saya baru saja lulus dari SMAN 5 Bandung dan sedang menaruh minat cukup besar pada ilmu komunikasi. Maka, saya pun memutuskan ikut Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) sebagai pilihan program studi saya.
Namun, karena tingkat persaingan di kampus tersebut sangat ketat, saya gagal. Orangtua saya kemudian mengarahkan saya untuk berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan (FE Unpar). Meskipun berat, karena hati ini masih terpaut dengan Fikom Unpad, saya tetap memutuskan untuk menyandang status mahasiswa ekonomi di kampus swasta tersebut.
Memasuki tahun kedua di FE Unpar, keinginan lama untuk berkuliah di Fikom Unpad muncul kembali. Saya pun memutuskan ikut SPMB sekali lagi. Pada kesempatan kedua tersebut, saya datang dengan tekad yang lebih kuat dan persiapan yang lebih baik. Berkat usaha yang keras dan pertolongan Yang Maha Kuasa, akhirnya saya lulus seleksi!
Sayangnya, kabar baik tersebut tidak membuat orangtua saya ikut bergembira. Mereka tidak setuju dengan rencana saya untuk pindah ke Fikom Unpad, untuk mengulang perkuliahan dari awal. Apalagi saya sudah menyelesaikan tahun kedua di FE Unpar. Dengan demikian berarti saya telah menyia-nyiakan dua tahun hidup saya.
Pada saat itu, saya juga sadar betul bahwa saya sedang mengambil risiko besar. Bila mengulang perkuliahan dari awal, maka saya akan tertinggal dua tahun dibandingkan dengan rekan seangkatan saya, waktu studi akan semakin lama, dan pencapaian karir akan terlambat.
Akan tetapi, keputusan saya sudah bulat. Saya pun berusaha untuk meyakinkan orangtua saya bahwa keputusan pindah ke Fikom Unpad adalah keputusan terbaik. Saya berjanji kepada mereka bahwa saya akan lulus cumlaude. Beruntung pada akhirnya mereka memberikan izin. Jadilah saya berkuliah di kampus yang saya idam-idamkan.
Saya berupaya memberikan yang terbaik termasuk dengan melakukan sesuatu yang tidak pernah saya lakukan di kampus sebelumnya. Ketika berkuliah di FE Unpar, saya tidak banyak terlibat di dalam organisasi kemahasiswaan atau kepanitiaan acara kampus. Padahal aktivitas tersebut penting karena dapat mengembangkan soft skill; dapat mengajarkan kita mengenai bagaimana cara menghadapi orang dengan karakter tertentu, cara mengambil keputusan, dan cara menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, sejak menjadi mahasiswa Fikom Unpad, saya proaktif mencari informasi terkait organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan acara kampus. Sejak saat itu, kehidupan saya sebagai mahasiswa tidak pernah terlepas dari organisasi atau kegiatan kemahasiswaan. Puncaknya adalah ketika saya terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Komunikasi Fikom Unpad periode 2009-2010 melalui mekanisme Pemilu Raya Fikom Unpad.
Suatu hari, di tengah kesibukan berorganisasi dan menyusun skripsi, melintaslah pemikiran mengenai masa depan karir saya di benak saya. Semua itu saya tuangkan di dalam blog pribadi saya. Saya masih ingat betul susunannya. Pertama, setelah menyelesaikan studi S1, saya menargetkan diri untuk segera mendapatkan pekerjaan melalui program-program akselerasi seperti Management Trainee (MT), Graduates Development Program (GDP) atau Officer Development Program (ODP) yang dimiliki perusahaan-perusahaan ternama. Kenapa harus program akselerasi? Karena melalui program ini, saya dapat mengejar dua tahun ketertinggalan saya tadi.
Kedua, setelah beberapa tahun bekerja, saya ingin mengambil studi magister bidang bisnis di luar negeri. Harapan saya, studi magister di luar negeri mampu meningkatkan kapabilitas saya dalam menapaki jenjang karir yang lebih tinggi. Ketiga, saya ingin mencapai Top Management Level sebelum umur 40 tahun, yang artinya paling tidak pada tahun 2026 saya sudah harus berada di sana.
Misi pertama (dan janji saya untuk lulus cumlaude) sudah tercapai. Saat ini, saya sedang berusaha mencapai misi kedua. Adalah berkah tersendiri ketika tengah merencanakan studi ke luar negeri, saya diberi kesempatan mengikuti program Global Development Program (GDP): Overseas Postgraduate Scholarship. Sebab, melalui program ini, saya selangkah lebih dekat untuk mencapai misi kedua. Harapan saya, setelah misi kedua tercapai, jalan terjal menuju misi ketiga akan mudah dilewati.
Dalam hal studi, saya berencana untuk mengambil gelar MBA dengan konsentrasi Strategy & Leadership. Saya memosisikan diri sebagai calon pemimpin BNI sepuluh tahun mendatang. Oleh karenanya, saya harus memilih konsentrasi yang dapat menunjang hal tersebut.
Seorang pemimpin harus visioner dan dapat merencanakan strategi untuk selalu menjadi nomor satu di pasaran. Saat ini, saya melihat bahwa teknologi berkembang pesat. Fakta tersebut dapat dilihat dengan mudah: semakin banyak masyarakat yang melek teknologi. Smartphone yang sepuluh tahun lalu masih merupakan barang langka, saat ini sudah digenggam hampir semua masyarakat di perkotaan. Bahkan tidak sedikit yang memiliki dua unit sekaligus.
Berdasarkan hal tersebut, saya prediksi, kontak fisik antara nasabah dengan frontliner akan semakin minim. Begitu pula antara pembeli dengan penjual. Dengan demikian, digital banking akan memiliki peran sentral dalam bisnis perbankan. Saya sangat tertarik untuk membangun bisnis digital banking BNI ini.
Selain digital banking, membangun loyalitas nasabah perorangan melalui layanan transaksional perbankan akan menjadi hal yang tidak kalah penting. Salah satu cara membangun loyalitas nasabah adalah melalui produk-produk yang memfasilitasi kebutuhan transaksional nasabah. Jika semua kebutuhan transaksional nasabah telah terpenuhi, loyalitas nasabah adalah sebuah keniscayaan. Saya percaya, nantinya sumber pendapatan bisnis perbankan tidak lagi dari Interest Based Income, namun dari Fee Based Income. Oleh karenanya, menjadikan BNI sebagai bank transaksional bagi nasabah menjadi hal penting.
Melihat peluang besar di atas (berikut tantangannya yang pasti juga besar), saya merasa bahwa sudah saatnya BNI mempersiapkan generasi pemimpin penerus berkualitas tinggi. Saya sendiri saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi salah satunya. Saya adalah pribadi yang mampu mengerti arahan dengan cepat. Saya selalu bersemangat dalam mempelajari hal baru, dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Saya mampu menetapkan skala prioritas dan bekerja melampaui waktu normal. Saya selalu tenang dalam menghadapi tekanan dan terbiasa bekerja dalam tenggat waktu sempit. Di sisi lain, kepribadian saya yang fleksibel dan adaptif sangat membantu saya dalam bekerja dan berkoordinasi dengan rekan kerja.

Walaupun begitu, ada hal lain pada diri saya yang masih perlu dikembangkan, salah satunya adalah kemampuan dalam mengambil keputusan. Saya cenderung lamban dalam mengambil keputusan karena seringkali menganalisis berbagai aspek terlebih dahulu. Saya juga membutuhkan waktu agak lama untuk menyelesaikan pekerjaan karena memiliki standar tinggi. Selain itu, saya juga sering ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat dalam forum atau meyakinkan rekan kerja tentang pemikiran saya. ***

No comments:

Post a Comment